SLIDE

Recent Tube

jalan - jalan

NEWS SCROLL

Favourite

Event

Culture

Gallery

pkbn


pkbn kami

sakitnya tuh di sani



sakitnya tuh di sani

KODING-KODING

.post h1.post-title a,.post h2.post-title a{text-decoration:none;display:block;color:#}
.post-body{margin:0 0 .75em;line-height:1.3em;font-size:16px}
font tampilan dalam

<b> koding huruf besar </b>

#main-nav{background:#2c2c2c;margin:0 auto;height:55px;border-bottom:5px solid=navigasi abu-abu

h1,h2,h4,h3,h5,h6{color:#000;line-height:1.27;font-family:"Oswald",Helvetica,Arial,sans-serif;font-weight:normal}
font tampilan luar

.footer-widget-top{border-bottom:3px solid #000;padding:10px 0} warna footer

20px;height:240px;overflow:hidden;width:32%;background:#000;color:#f5f5f5;z-index:99} warna hitam dislider

.inter .widget h2{position:relative;font-size:17px;color:#000;padding:5px 10px;text=judul font widget

.comments .comments-content .comment-content {  text-align:justify;line-height: 1.7em;= spasi komen bawah yg renggang

.head_brnews{height:32px;background:#000000;width:100%;border-top:4px solid= hearernews warnanya



#E2E2E2

Makna Seorang Teman

Tulisan ini ku persembahkan untuk sahabat elmunish678 yang sudah lama kita tak berjumpa, semoga kelak kita dipertemuakan ketika sudah menjadi orang sukses. Amiin

Pada suatu sore (24/02) sebelum beranjak menuju kamar mandi, sejenak ku menatap ke arah handphone nokia jadul yang ku beli tahun 2010 lalu. Ternyata ada pesan satu yang masuk, ku tekan tombol pling kiri sebelah pojok atas, ternyata setelah ku lihat SMS [Short Message Sending] tersebut dari Suci Hati, teman sekelas sekaligus satu kecamatan ketika  sekolah di Madrasah Aliyah. Isi pesan itu cukup singkat kira-kira berbunyi seperti ini, “ass,, pie kabare tmen2 smua??” 

Sekilas pesan itu sangat pendek, tidak terlalu bermakna atau bahkan tidak berguna sama seklai. Tetapi menurut kaca mata saya, pesan ini sangat dalam, menyimpan beribu-ribu makna yang sangat-sangat penting. Bisa saja ketika pesan itu dikirim, sang pengirim sedang merasa kesepian karena butuh teman untuk mengobrol, bercanda dan lain sebagainya.

Bahkan pasan ini dapat memiliki makna yang begitu besar ketika dua sahabat yang sduah lama tidak bertemu karena terpisah oleh jarak, kesibukan, bahkan karena sudah memiliki keluarga sendiri. Teman, ialah orang yang begitu berjasa ketika hidup ini merasa sunyi, sepi dalam keheningan, teman bisa dianggap melebihi keluarga bahkan teman dapat menggantikan posisi orang tua sendiri.

Begitu besar arti teman dalam kehidupan, tak terbayang jika ada orang yang dalam kehidupannya tidak memiliki teman. Seorang istri tak lain merupakan teman hidup bagi suaminya, yang selalu menemani dan menjadi tempat berbagi dikala susah maupun senang. Teman yang sejati adalah teman yang setia menemani apapun kondisinya, dikala senang tetap bersama dan begitu pula ketika masalah menimpa. “Mawaddatu ash-shodiqi tadzharu waqta adh-dhiqi” artinya : kecintaan seorang teman itu akan terlihat pada saat kesulitan.

Seorang teman merupakan cerminan dari temannya yang lain, pepatah yang sering kita dengar adalah “jika ingin mengetahui seseorang seperti apa dan bagaimana sifat dan kelakuannya, maka lihat saja siapa temanya.” Sudah sangat jelas, jika teman yang baik akan memberikan dampak yang baik terhadap teman yang lainnya. Tetapi jika teman itu “tidak baik” hanya akan menjerumuskan dirinya kepada hal-hal yang buruk.

Pepatah yang familiar kita dengar “berteman dengan pedagang minyak wangi otomatis akan kebagian wanginya.” Sudah bukan rahasia umum lagi jika berteman dengan berperilaku bejad/buruk tentu akan terbawa buruk, dan begitu sebliknya.

Memilih Teman
Bergaul dengan memilih teman itu harus dilakukan, karena demi kebaikan serta manfaat yang akan diperoleh nantinya. Kenapa harus milih-milih teman? Jawaban sederhananya adalah ketika membeli sebuah barang tentu ada proses memilah dan memilih, barang yang lebih bagus, besar dan lualitasnya baik itu yang dipilih. Tujuan dari memilih itu adalah untuk memperoleh hasil yang maksimal, tahan lama, awet dan kuat, tetapi jika asal dalam membeli tentu yang ada bisa jadi “kecolongan” dalam artian baranganya ada yang rusak, penyok yang jelas membuat sang pembeli merasa dikecewakan.

Sebetulnya ketika berteman itu tidak mesti memilah dan memilih, jika posisi pertahanan sudah kuat, atau dengan kata lain kita sudah betul-betul matang. Tidak akan bisa terpengaruhi oleh orang lain lagi, dalam hal ini adalah teman. Kemudain memiliki ketegasan serta komitmen yang kuat terhdapa ajakan yang menyimpang. Jika teman berbuat salah maka ia kita salahkan, dan mengatakan tindakan yang teman kita lakukan itu salah. “Qul al-haqqo walau kẩna murron”

Bukan malah karena ia teman kita, ketika ia salah tetap dibela dan kemudian malah mendukung teman yang salah akhirnya menyalahkan orang lain yang berada diposisi yang benar, justru ini yang nambah masalah.

Teman yang baik adalah yang mengajak kepada kebaikan, tetapi jika teman malah menjerumuskan dan mengajak kepada hal-hal yang tidak baik, maka sesungguhnya ia adalah musuh. “Khairu al-ashẩbi man yadulluka ‘ala al-khoiri” artinya : sebaik-baiknya teman adalah yang menunjukan kepada kebaikan.

Mendapatkan Teman
Tidak ada gading yang retak, tak ada manusia yang sempurna, kalo gak salah, istilah bahasa inggrisnya no body one is perpect. Ya, kata-kata itu paling tepat untuk diungkapkan. Mencari teman yang sempurna tentu tidak ada, walaupun dicari hingga ke ujung dunia pastilah tidak akan bertemu, karena setiap manusia memiliki sisi kelemahan dan kekurangan.

Pepatah arab mengatakan “Man tholaba akhon bilẩ ‘aibin baqiya bilẩ akhin” artinya : siapa saja yang mencari teman yang tidak bercela maka ia tidak akan mempunyai teman selamnya. Karena lantaran temannya tidak baik terus kemudian memilih untuk tidak  mempunyai teman. Tentu sikap seperti ini salah, alangkah lebih baiknya jika tetap berteman, dan saling mengingatkan ketika teman melakukan kesalahan ataupun sebaliknya. “Watawa soubi al-haq..”.  saling mengingatkan dalam kebenaran.

Teman yang saat ini kita miliki, jaga dan sayanghilah mereka. Sejauh jarak memisahkan, sewaktu yang memisahkan, bukanlah halangan untuk terus menjaga teman nan jauh disana. Ia merupakan keluarga, tatkala merangkai sejarah perjuangan hingga semuanya kini hanya berupa kenangan indah yang tak dapat dilupakan. Kelak ketika semuanya telah mencapai kesuksesan, semoga anak dan cucu kita kembali mengulang sejarah kita ini. Amiin

Sumber Bacaan
Akbar Zainudin, 10 Jalan Sukses Menghidupkan Prinsip Man Jadda Wajada, Bandung: mizania. 2011 

Egois Siapakah Dia?


Artinya : Dia (Muhammad) bermuka masam dan berpaling, karena telah datang seorang buta kepadanya, tahukah kamu barangkali ia ingin membersihkan dirinya (dari dosa).... (Qs. ‘Abasa [80] : 1-4)

Dalam kata-kata serapan asing dalam bahasa Indonesia, kata egois yang berarti orang yang mementingkan diri sendiri, tidak peduli akan orang lain atau masyarakat. Dalam kamus bahasa online,  egois berari tingkah laku yang didasarkan atas dorongan untuk keuntungan diri sendiri dari pada untuk kesejahteraan orang lain atau segala perbuatan atau tindakan selalu disebabkan oleh keinginan untuk menguntungkan diri sendiri.

Ketika ada orang yang lebih mementingkan kepentingan dirinya sendiri ketimbang orang lain, maka kita sebut ia adalah orang egois. Begitu juga, ketika ada orang yang selalu ingin menang sendiri kita sebut orang itu dengan sebutan yang sama, yaitu egois. Pernahkah kita melaukan tindakan yang menurut orang lain itu egois? Padahal dalam diri kita sendiri, tindakan itu sama sekali bukan egois.

Tak jarang keegoisan seseorang membuat orang lain menjadi benci terhadap dirinya, bahkan tak sedikit yang memusuhinya pula. Ketika belum lama berteman, sifat keegoisannya belum kelihatan, tetapi setelah ia tahu bahwa temannya itu memiliki sifat egois, bisa jadi ia menjaga jarak atau memilih tidak menjadi temannya lagi.

Coba kita bayangkan jika keegoisan tumbuh sebuah keluarga. Biasanya, ketika masih  menjadi pengantin baru, sifat egois tidak kelihatan, tetapi seiring berjalannya waktu akhirnya kelihatan juga. Jika tidak pintar dalam menyikapinya bisa dipastikan hubungannya tidak bertahan lama, dan berakhir dengan perceraian.

Nabi Juga Pernah Egois
Semua manusia pernah egois, tetapi dalam perakteknya kadang secara sadar ataupun tidak sadar. Menurut sebuah riwayat yang disampaikan oleh Ibnu Jarir Ath-Thabari, demikian juga riwayat dari Ibnu Abi Hatim, yang diterima dari Ibnu Abbas: “Sedang Rasulullah menghadapi beberapa orang terkemuka Quraisy, yaitu Utbah bin Rabi’ah, Abu Jahal dan Abbas bin Abdul Muthalib dengan maksud memberi keterangan kepada mereka tentang hakikat Islam agar mereka sudi beriman, di waktu itu masuklah seorang laki-laki buta, yang dikenal namanya dengan Abdullah bin Ummi Maktum.

Dia masuk ke dalam majlis dengan tangan meraba-raba. Sejenak Rasulullah terhenti bicara, Ummi Maktum memohon kepada Nabi agar diajarkan kepadanya beberapa ayat Al-Qur’an. Mungkin oleh karena terganggu sedang menghadapi pemuka-pemuka itu, kelihatanlah wajah beliau masam menerima permintaan Ibnu Ummi Maktum itu, sehingga perkataannya itu seakan-akan tidak beliau dengarkan dan beliau terus juga menghadapi pemuka-pemuka Quraisy tersebut. Akhirnya allah menurunkan surat ‘Abasa [80] : 
Artinya : Dia (Muhammad) bermuka masam dan berpaling, karena telah datang seorang buta kepadanya, tahukah kamu barangkali ia ingin membersihkan dirinya (dari dosa).... (Qs. ‘Abasa [80] : 1-4)

Setelah ayat itu turun, sadarlah Rasulullah SAW akan kekhilafannya itu. Lalu segera beliau hadapilah Ibnu Ummi Maktum dan beliau perkenankan apa yang dia minta dan dia pun menjadi seorang yang sangat disayangi oleh Rasulullah SAW. Allah SWT begitu halus mengingatkan rasulullah ketika beliau sedikit saja melakukan kesalahan karena menurut rasulullah melobi para pembesar quraish lebih penting dibandingkan dengan Ummi Maktum.

Apakah anda tipe orang egois?
Sikap egois bisa kita temukan dimana pun, lebih tepatnya adalah dalam kehidupan kita sehari-hari. Salah satu ciri orang yang egois; pertama, mendustakan ayat-ayat allah. Kedua, ingin menang sendiri. Ketiga, Suka mengatur tapi tidak mau diatur. Keempat, Keras kepala.

Pertama,mendustakan ayat-ayat allah swt. Dalam hal ini cakupannya sangat luas sekali. Orang kafir bisa dikategorikan oang yang egois, karena mereka enggan memeluk islam. Padahal agama islam adalah agama penyempurna bagi agama – sebelumnya. Sehingga jelaslah bahwa mereka adalah orang-orang yang bisa dikatakan orang yang super egois.

Orang yang mengaku muslim (orang islam) tetapi tidak melaksanakan perintah-perintah allah maka termasuk kedalam orang-orang egois. misalnya saja tidak melaksanakan sholat lima waktu, dan amalan-amalan yang lain yang allah perintahakan, serta tidak menianggalkan apa yang allah larang, misalnya mabuk-mabukan, berfoya-foya, dan lain sebagianya.

Pengertian egois yang dimaksud disini mereka egois terhadap dirinya sendiri dan seolah tidak peduli dengan pahala dan ancaman allah swt. Padahal akibat ke-egois-an merekalah allah swt memberikan sebuah peringatan melalui tentara-tentaranya. Misalnya saja allah mengirimkan tentara air, tanah, angin, dan sebagainya. Sehingga timbullah banjir, angin puting beliung, longsor, gempa bumi dan lainnya.

Kedua,ingin menang sendiri. Menang dan kalah dalam sebuah pertandingan merupakan hal yang lumrah, tetapi menjadi bermasalah ketika ada orang yang ingin menang sendiri. Buat apa menang kalau tidak sportif, menang seperti ini sama saja kalah. Kemenangan sesungguhnya adalah menang secara sportif, tentu lebih terhormat. Orang yang ingin menang sendiri, kurang lebih bisa dianalogikan seperti itu. Akibat sifatnya inilah ia dijauhi serta di musuhi teman-temannya.

Orang yang ingin menang sendiri biasanya tidak peduli dengan apa yang ia lakukan, walaupun itu sebetulnya salah. Untuk itu berhati-hatilah bila memiliki teman yang seperti ini, sedini mungkin untuk diiangatkan sebelum hal-hal yang diinginkan terjadi. Jika bukan anda sebagai sahabatnya maka siapa lagi.

Ketiga,Suka mengatur tapi tidak mau diatur. Seorang pemimpin dituntut untuk mempu memimpin anggotanya. Tetapi masa menjadi seorang pemimpin itu ada batas dan jangka waktunya. Ketika menjadi seorang pemimpin ia bisa mengatur anggotanya seperti apa yang diinginkan, tetapi ketika ia sudah kembali menjadi anggota maka harus siap diatur seperti dirinya mengatur ketika menjadi seorang pemimpin.

Saat ini, banyak sekali kita temukan orang-orang yang siap memimpin tetapi tidak siap dipimpin. Ketika ia sudah tidak lagi memegang jabatan sebagai pemimpin, ia memilih keluar. Inilah potret yang saat ini terjadi dan sudah membudaya. Akhirnya bermusuhan dan saling menjatuhkan satu sama lain sehingga perseteruan ini tanpa akhir alias jadi “musuh bebuyutan”.

Keempat,keras kepala. Keras kepala identik dengan sebutan kepala batu, artinya isi kepalanya sangat keras sehingga sangat sulit untuk dihancurkan. Orang bekepala batu yaitu orang yang tidak bisa menerima masukan dari orang lain. Orang yang berkepala batu biasanya berpasangan dengan muka tembok dan tangan besi. Jika tiga unsur ini sudah menyatu, maka sangat sulit untuk mengubahnya apa lagi untuk diingatkan.

Orang yang keras kepala pada masa Nabi Musa adalah fir’aun, dan akhirnya Allah swttenggelamkan fir’aun dan tentaranya di tengah lautan. Tak hanya itu, pada masa Nabi Nuh. umatnya juga sangat keras kepala. Sehingga Allah swt mengirimkan banjir bandang yang sangat dahsyat, sehingga tak ada yang selamat dari umatnya Nabi Nuh walau pun lari ke atas gunung. Kecuali yang ikut naik kapal dengan Nabi Nuh.

Penutup
Egois adalah sifat yang tumbuh alami dari dalam diri manusia. Karena benar-benar alami, sampai manusia tidak menyadari kehadiran sifat egois itu sendiri. Dan sampai sekarang pun belum ada obat yang bisa menghilangkan sifat egoisme dari dalam diri manusia. Setiap orang pasti pernah bertindak egois, baik secara sadar maupun tidak sadar.

Untuk mampu menghilangkan sifat-sifat buruk yang ada dalam diri manusia, sebabnya Rasulullah SAW bersabda : " Kita baru kembali dari satu peperangan yang kecil untuk memasuki peperangan yang lebih besar...’, yang membuat para Sahabat terkejut dan bertanya, "Peperangan apakah itu wahai Rasulullah ?"Rasulullah berkata, "Peperangan melawan hawa nafsu." (Riwayat Al Baihaqi)

Perang melawan hawan nafsu adalah perang yang sesungguhnya. filsafat kuno juga menyebutkan, musuh terbesar adalah diri sendiri. Karena bisa di lihat, dalam diri manusia terdapat sifat-sifat yang buruk. Amarah, dendam, benci adalah contoh sifat manusia yang buruk. Begitu juga dengan egois.

Maka sebenarnya mau tidak mau kita secara tidak langsung juga berperang melawan diri sendiri. Berperang melawan sifat sifat buruk yang timbul secara alami di dalam diri kita. Mungkin hanya kebesaran iman kita lah yang mampu melawan itu semua, dan  iman kita lah, sebenarnya obat untuk melawan egois itu sendiri.

Abu  Bakar Al-Warraq berkata :“Jika hawa nafsu mendominasi, maka hati akan menjadi kelam, Jika hati menjadi kelam, maka akan menyesakkan dada. Jika dada menjadi sesak, maka akhlaknya menjadi rusak. Jika akhlaknya, maka masyarakat akan membencinya dan iapun membenci mereka”.

Dengan mengedepankan iman, tentu sifat-sifat egois yang terdapat dalam diri kita akan bisa diredam. Bantuan allah swt lah yang menjadi tumpuan terakhir agar kita terbebas dari sifat-sifat buruk tersebut, dan selalu dalam bimbingan-NYA. Semoga kita termasuk kedalam hamba-hamba yang mendapat perlindungan allah swt. Amiin [amr]

Amir Hamzah
divisi Pendidikan
Lembaga Pengabdian Masyarakat

Berbuat Baik Terhadap Tetangga


Artinya : “.......dan berbuat baiklah kepada dua orang ibu-bapa, karib-kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin, tetangga yang dekat dan tetangga yang jauh, dan teman sejawat, Ibnu sabil dan hamba sahayamu. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong dan membangga-banggakan diri”. (QS. An-Nisa [04]:36)

Suatu ketika, saat sedang lahapnya menyantap makan siang, tiba-tiba ada pengemis datang menghampiri. Apa yang akan dilakukan? Apakah membiarkan pengemis tersebut menadahkan tangan disertai dengan ‘pekikan’ suara meminta. Ataukah langsung memberi pengemis, tetapi dengan memperhitungkan uang yang akan diberikan. Ataukah langsung memberinya, tanpa perhitungan dengan jumlah uang yang diberikan kepada pengemis tersebut. Dari ketiga opsi di atas, manakah yang menggambarkan diri kita?

Seberapa besar rasa peduli kita terhadap sesama manusia? Berapa besar manfaatkah diri kita untuk orang lain? Serta berapa berartinya diri kita bagi orang lain? Dengan analogi di atas bisa menjadi tolok ukur untuk mengetahui sejauh mana kepedulian, kemanfaatan dan ke-berartian diri kita terhadap orang lain. Untuk menguji hal tersebut, yaitu bisa diukur dari hal yang terkecil, misalnya dengan tetangga.

Siapakah yang dimaksud dengan tetangga? Tetangga adalah orang yang terdekat dalam kehidupan, tidaklah kita keluar dari rumah melainkan  melewati rumah tetangga. Di saat kita  membutuhkan bantuan baik moril maupun materiil, maka tetangga lah orang pertama yang kita ketuk pintunya. Bahkan di saat kita tertimpa musibah, misalanya meninggal dunia, bukan kerabat jauh yang diharapkan membantu, tetapi tetangga lah yang dengan tulus bersegera menyelenggarakan pengurusan jenazahnya.

Seberapa dekatkah kita dengan tetangga? Kedudukan tetangga di mata Islam sangat tinggi. Bahkan Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam mengaitkan kesempurnaan keimanan seseorang kepada Allah subhanahu wa ta’ala dan hari akhir dengan sikap memuliakan tetangga, Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir maka hendaknya dia memuliakan tetangganya.” (HR. al-Bukhari no. 6019, dari sahabat Abu Syuraih radhiyallahu ‘anhu)

Sungguh mulia dan besar kedudukan tetangga.  Allah swt memasukkannya di dalam sepuluh hak yang harus dipenuhi oleh seorang hamba sebagaimana firman Allah SWT, artinya: “..... Dan berbuat baiklah kepada dua orang ibu-bapak, karib kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin, tetangga dekat, tetangga jauh, teman sejawat, ibnu sabil, dan hamba sahayamu. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong dan membangga-banggakan diri.” (An-Nisa` [04]:36).

Berbagi dengan Tetangga 
Dalam keseharian beraktifitas tentu tidak terlepas dari tetangga. Entah itu untuk bertegur sapa, ngobrol atau bahkan meminjam barang yang tidak kita miliki, misalnya cangkul atau lain sebagainya. Dalam hal pinjam meminjam dalam kehidupan bertetangga merupakan hal yang lumrah, apalagi untuk meminjam barang tersebut dengan tujuan untuk  mengambil manfaat dari barang tersebut.

Bisa dibayangkan apabila tetangga yang kita kurang dermawan alias pelit. Jika kita perhatikan hadits nabi yang berbunyi : Dari Abu Zar ra, katanya: “Rasulullah SAW bersabda: “Hai Abu Zar, jikalau engkau memasak kuah, maka perbanyaklah airnya dan saling berjanjilah dengan tetangga-tetanggamu – untuk saling beri-memberikan”. (HR Muslim)

Dari hadits di atas jelaslah, bahwa adab dalam bertetangga adalah saling memberi. Dermawan serta tidak perhitungan ketika memberikan pertolongan terhadap tetangga yang membutuhkan. Mungkin disekeliling kita terdapat tetangga yang demikian, tetapi sebagai tetangga yang baik dan mengerti betul akan adab bertetangga tentu tidak selayaknya untuk membenci apalagi membuat merasa tidak nyaman untuknya, melainkan terus mengingatkan secara santun dan cara yang baik pula.

Dari hadits di atas, jelas kita dianjurkan untuk berbagi dengan tetangga, saling memberi makanan dan lain sebagainya. Selain itu, berbagi makanan dapat menambah akrab serta eratnya tali silaturahmi antar tetangga. Untuk itu ketika memiliki makanan yang lebih dianjurkan untuk berbagi dengan tetangga yang lebih dekat pintunya.

Dengan berbagi, itu menandakan bahwa kita peduli serta menjaga tali silaturahmi dengan tetangga. Rukun dalam bertetangga itu sangat dianjurkan seperti dalam sebuah syair tanpo waton : Kelawan konco, dulur lan tonggo, Kang padha rukun ojo ngasiho…. Iku sunnahe rasul kang mulyo nabi Muhammad panutan kito...”. 

Memberikan Kenyamanan 
Menyakiti tetangga adalah sebuah kejahatan yang sangat diharamkan dalam Islam. Diriwayatkan oleh Abu Syuraih, dari Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam, “Demi Allah tidaklah beriman, demi Allah tidaklah beriman, demi Allah tidaklah beriman. Ditanyakan kepada beliau, ‘Siapa orang itu wahai Rasulullah? Rasulullah menjawab, ‘Mereka itu adalah orang-orang yang tetangganya tidak merasa aman dengan gangguannya.” (HR. Bukhari)

Memberi perlindungan bagi tetangga yang lain dari sesuatu hal, misalnya saja pencurian, penipuan dan lain sebagainya adalah anjuran Islam. Sudah jelas bahwa Rasulullah SAW mengulang kalimatnya sampai tiga kali bagi siapa yang membuat rasa ketidaknyamanan bagi tetangganya. Untuk itu, ketika kita mengendari mobil, motor bahkan menyetel musik sebaiknya sekedarnya saja, bisa jadi ada tetangga yang merasa terganggu dengan suara gaduh tersebut.

Dikisahkan ada seorang ‘abid yang mempunyai tetangga non-muslim. Sang tetangga memiliki kamar mandi di atas rumahnya, dan bocor.  Sehingga air merembes masuk ke dalam rumah muslim tersebut.
Setiap hari Ia selalu menadahi air yang berasal dari kamar mandi tetangganya dengan ember. Suatu ketika seorang ‘abid ini sakit parah, dan tetangga non-muslim pun menjenguknya. Ketika sang tetangga ini memasuki rumahnya, sang tetangga tahu bahwa air yang menetes itu berasal dari kamar mandinya. Ia pun bertanya, “air dari manakah ini”? sang ‘Abid pun mencoba mengalihkan pembicaraannya. Tetapi sang tetangga terus bertanya, air dari manakah ini yang Anda tampung? Akhirnya  Ia menjawab, “bahwa air itu adalah air rembesan dari kamar mandi Anda”.

Sang tetangga terus bertanya, “Berapa lama Anda menampungnya”?  sudah 18 tahun, jawab sang ‘abid. Kenapa anda tidak megadukannya padaku? Sang ‘abid menjawab : “Barang siapa beriman kepada Allaah dan hari akhir, hendaknya memuliakan tetangganya, anda adalah tetangga saya maka kewajiban saya adalah memuliakan anda“. Betapa terkejutnya sang tetangga itu, Ia merasa takjub dan akhirnya sang tetangga non-muslim tersebut masuk Islam. 

Penutup 
Dalam pergaulan sehari-hari tentu peran tetangga sangat penting, baik sebagai teman ngobrol, teman berbagi serta ladang untuk menuai pahala dari Allah SWT. Beruntung jika memiliki tetangga yang baik, karena tetangga yang baik itu lebih mahal dari harga rumah atau tanah yang kita tempati, tetangga yang baik tidak ternilai harganya.

Rasulullah SAW menganjurkan kita berdoa agar terhindar dari tetangga yang jahat. Karena memiliki tetangga yang jahat bisa menjadikan rasa tidak aman, bahkan seluruh kampung tersebut akan terkena dampaknya. Untuk itu maka ketika mencari rumah baru, yang harus diutamakan adalah mencari tetangga yang terbaik lebih dahulu, atau dengan kata lain memilih tetangga sebelum memilih rumah.

Menjalani kehidupan bertetangga dengan baik dan saling menunaikan hak masing-masing merupakan suatu kebahagiaan dan tanda kebaikan sebuah masyarakat. Rasulullah SAW  bersabda, “Ada empat perkara yang termasuk dari kebahagiaan: istri yang shalihah, tempat tinggal yang luas, tetangga yang shalih dan tunggangan (kendaraan) yang nyaman. Dan ada empat perkara yang termasuk dari kesengsaraan; tetangga yang jelek, istri yang jahat (tidak shalihah), tunggangan yang jelek, dan tempat tinggal yang sempit.” (HR. Ibnu Hibban, hadits ini dishahihkan asy-Syaikh Muqbil rahimahullah dalam kitab beliau ash-Shahihul Musnad Mimma Laysa fish- Shahihain 1/277)

Dalam hadits lain rasulullah SAW bersabda,“Sebaik-baik sahabat disisi Allah adalah mereka yang terbaik kepada sahabatnya, dan sebaik-baik tetangga disisi Allah adalah yang terbaik kepada tetangganya.”(HR. at-Tirmidzi) Marilah kita berbuat baik terhadap tetangga, serta memberikan hak-hak atasnya. Semoga kita menjadi golongan orang berada disisi Allah SWT. Amiin..[]

Amir Hamzah Albantani
Divis Pendidikan; Lembaga Pengabdian Masyarakat
PONPES UII