وَءَاتَىٰكُم مِّن كُلِّ مَا سَأَلْتُمُوهُ وَإِن تَعُدُّوا نِعْمَتَ ٱللَّهِ لَا تُحْصُوهَآإِنَّ ٱلْإِنسَـٰنَ لَظَلُومٌ كَفَّارٌ
Dialah satu-satunya yang menyediakan kebutuhan hidup kalian, baik yang kalian minta maupun yang kalian tidak minta. Maka dari itu, apabila kalian menghitung nikmat Allah yang pernah diberikan kepada kalian, kalian tentu tidak akan dapat mengetahui semua jenisnya, apalagi satu per satunya. Maka orang yang tidak mensyukuri nikmat Allah benar-benar telah berbuat zalim dan ingkar.(Qs. Ibrahim : 34)
Teori Kebutuhan
Manusia hidup di alam dunia ini memiliki
banyak kesamaan. Semua manusia memiliki kesamaan dalam menginginkan
kehidupan yang bahagia, kehidupan yang terjamin, mapan, dan bebas biaya
hidup (bebas finansial) atau dengan kata lain memiliki banyak harta
alias kaya raya.
Dalam teori Abraham Maslow, yang disebut
Teori Hierarki Kebutuhan. Menurut Abraham Maslow manusia mempunyai lima
kebutuhan yang membentuk tingkatan-tingkatan atau disebut juga hirarki,
dari yang paling penting hingga yang tidak penting dan dari yang mudah
hingga yang sulit untuk dicapai atau didapat. Untuk dapat merasakan
nikmat tersebut, maka yang perlu dipuaskan terlebih dahulu adalah
kebutuhan yang berada pada tingkat yang paling mendasar atau yang paling
penting.
Pertama, Kebutuhan Fisiologis
dan Biologis. Yaitu kebutuhan yang bersifat mendasar, yang sangat
dibutuhkan oleh seluruh manusia. Jika kebutuhan ini telah terpenuhi maka
secara manusia akan menginginkan kebutuah yang selanjutnya. Kedua,
Kebutuhan Keamanan dan Keselamatan. Manusia menginginkan kenyamanan
ketetraman dan kebahagiaan. Terbebas dari ancaman, bebas dari rasa
sakit, bebas dari teror, dan lain sebagainya. Ketiga, Kebutuhan
Sosial. Manusia adalah makhluk sosial yang tak dapat hidup tanpa
bantuan dari orang lain, tanpa interaksi dengan orang lain. Manusai yang
normal mereka memiliki teman, memiliki keluarga, kebutuhan cinta dari
manusia yang lainnya.
Keempat, adalah kebutuhan
Penghargaan. Manusia butuh akan pengakuan dari orang lain, butuh pujian,
piagam, tanda jasa, hadiah, dan banyak lagi lainnya. yang mana secara
simbol hal tersebut mampu memberikan nilai yang berbeda dengan orang
yang lainnya. misalnya seorang artis berbeda dengan orang yang bukan
artis, kepopleran artis memiliki dampak yang berbeda dengan orang yang
bukan artis. kelima, yaitu kebutuhan Aktualisasi Diri.
Kebutuhan yang dimaksud adalah kebutuhan dan keinginan untuk bertindak
sesuka hati sesuai dengan bakat dan minatnya, tanpa ada orang lain yang
memberikan kritik ataupun menghujatnya.
Dari teori hirarki kebutuhan Abraham
Maslow tersebut memang benar, tetapi perlu digarisbawahi bahwa kebutuhan
yang ada dalam peraturan kehidupan manusia tidak selamanya harus
diikuti dan dijalankan sesuka hati, ada batasan-batasan atau norma yang
harus diikuti, bahkan agamalah yang harus menjadi tolak ukurnya. Manusia
itu diberikan nafsu oleh Allah, tujuannya adalah dangan nafsu tersebut
manusia dapat merasakan kenikmatan yang ada di alam dunia ini. namun
harus disadari bahwa dengan nafsu tersebut manusia tidak pernah memiliki
rasa puas dan rasa cukup.
Mengatur kebutuhan
Kebutuhan manusia akan tetap bertambah
sesuai dengan tingkat kemajuan jaman, misalnya sebelum ada sepeda motor,
memiliki sepeda sudah cukup. Tetapi ketika sudah berganti masanya,
memiliki sepeda saja tidak cukup. Kebutuhan manusia tak pernah ada
habisnya, tetapi akan terus meningkat. Sampai meraka akan menjadi lupa
diri, menjadi sombong, kikir dan lain sebagainya.
Artinya : Sesungguhnya manusia
diciptakan bersifat keluh kesah lagi kikir, apabila ia ditimpa kesusahan
ia berkeluh kesah, dan apabila ia mendapat kebaikan ia Amat kikir, (Qs. AL-Ma’aarij [70] : 19-21)
Seperti dikisahkan dalam al-quran terkait
manusia yang tergila-gila dengan kemegahan dan kemewahan serta
kesombongan hartanya, dialah Qarun. Ia adalah salah seorang kaum Musa
yang bersikap sombong dengan diri dan hartanya.
Allah telah memberikan kekayaan yang
melimpah kepadanya. Diilustrasikan bahwa jumlah kuncinya sangat banyak,
sehingga karena terlalu banyak, sangat berat untuk dibawa oleh
laki-laki yang kuat sekalipun.Qarun sebtulnya sudah dinasihati oleh
kaumnya, “Janganlah kamu tertipu dengan harta bendamu, dan jangan sampai
kegembiraan dengan harta benda itu melupakanmu dari bersyukur kepada
Allah. Sesungguhnya Allah tidak berkenan terhadap orang-orang yang
sombong dan terpedaya oleh harta benda.” Tetapi Qarun tak menghiraukan
nasihat tersebut, hingga akhirnya Allah mengubur diri dan hartanya.
Pelajaran yang dapat diambil dari kisah
ini adalah bahwa jangan tertipu dengan harta, jangan menuruti nafsu
belaka, karena hal tersebut akan membawa kepada kehancuran. Boleh
memiliki banyak harta tetapi jangan sampai harta tersebut menjadikan
kita lupa dengan bersyukur atas nikmat yang telah Allah berikan untuk
kita. Jangan sombong, apalagi angkuh, seperti dijelaskan al-Quran, harta
benda mereka sangat sedikit jika dibandingkan dengan hartanya Allah.
Allah swt telah memeberikan semua
kenikmatan yang tak ternilai dan tanpa batasnya. Setiap saat setiap
detik dan setiap waktu kenikmatan tersebut kita rasakan tanpa ada
hentinya, termasuk saat ini. Kenikmatan tersebut mencakup semuanya,
susah seang, sehat sakit, dan semua hal yanga ada di dunia ini adalah
kenikmatan. Secara kasat mata, kata kematianlah yang menjadikan batas
akhir kenikmatan tersebut. Tetapi sebetulnya kematian itu adalah awal
untuk mencapai kenikmatan yang hakiki. Dalam surat Ar-rahman allah
berfirman, sebanyak 31 kali kalimat itu diulang-ulang.
فَبِأَىِّ ءَالَآءِ رَبِّكُمَا تُكَذِّبَانِ
Maka, nikmat Tuhan yang manakah yang kalian ingkari ? (Qs. Ar-rahman :13)
Ayat diatas begitu luas dan begitu dalam
maknanya. Jika kita perhatikan ayat tersebut mencoba menyadarkan kita
semua, selaku makhluk dan hambanya untuk terus mengingat kenikmatan yang
telah allah berikan kepada kita semua setiap hari. Kanikmatan yang
allah berikan bagitu banyak, sehingga salah besar jika kita mendustakan
kenikmata tersebut.
Penutup
Manusia adalah makhluk yang
allah ciptakan dari tanah, sehingga akan kembalikan ke tanah pula.
Dengan proses tersbut seharusnya mampu menyadarkan diri kita sebagai
makhluk yang lemah yang tak seharusnya sombong, menuruti nafsu,
melanggar perintah-perintahNYA dan lain sebagainya.
Kenikmatan-kenikmatan tersebut sebetulnya adalah kenikmatan yang hanya
sesaat, seharusnya kita memaknai dan meniatkan kenikmatan tersebut untuk
menjadi ladang bekal diakhirat kelak.
Ketika mengikuti hawa nafsu,
maka kita akan diperbudak oleh hawa nafsu itu sendiri, dan menjadi jauh
dari ketentuan yang Allah gariskan. Jika nafsu yaang kita ikuti membawa
kepada kebaikan (nafsu mutmainnah) tentulah itu sangat
dianjurkan. Tetapi jika nafsu tersbut adalah nafsu lawamah maka harus
menjuhinya dan menyadarinya. Karena nafsu tersebut akan membimbing ke
jalan yang salah dan jauh dari cahaya kebenaran, jika sudah demikian
maka diri kita sendiri yang dirugikan.
Nafsu mutmainnah adalah nafsu
yang tenang. Sehingga harus dimiliki dan dijaga oleh setiap manusia,
karena selalu mendorong kepada kebaikan bagi pemiliknya, menjadi manusia
sejati, memiliki kesadaran dan jati diri, mengerti dan mampu memaknai
arti kehidupan, sekaligus mengerti dan mampu memaknai arti kebahagiaan.
وَمَآ أُبَرِّئُ نَفْسِى إِنَّ ٱلنَّفْسَ لَأَمَّارَةٌ بِٱلسُّو ءِ إِلَّا مَا رَحِمَ رَبِّى إِنَّ رَبِّى غَفُورٌ رَّحِيمٌ [١٢:٥٣]
Artinya : Aku tidak mengklaim bahwa
diriku suci dan terhindar dari kesalahan. Sebab, secara naluri, jiwa
manusia selalu condong kepada kesenangan dan menganggap indah keburukan
dan kejahatan, kecuali jiwa yang dijaga oleh Allah dan dihindarkan dari
kejelekan. Sesungguhnya aku adalah orang yang sangat mengharapkan rahmat
dan pengampunan Allah. Dia sangat luas ampunan-Nya atas dosa-dosa orang
yang bertobat.(Qs. Yusuf : 53)
Ayat di atas telah
mengingatkan kita bahwa nafsu akan membawa kepada keburukan dan
kejahatan. Nafsu amarah adalah nafsu yang selalu mendorong kepada
kejahatan. Sedangkan nafsu lawamah adalah nafsu yang selalu membuat
seseorang merasa tidak puas dengan apa yang telah diperolehnya dan
berusaha berbuat untuk memproleh sesuatu yang lebih baik dari yangtelah
diperolehnya.
Ketidakpuasan dalam hal-hal
yang positif itu sangat dianjurkan, misalnya ketika mahasiswa ujian
dapat nilai B dari dosennya, kemudian ia terus belajar untuk mendapat
nilai A, hal seperti ini dibolehkan. Bahkan nafsu lawwamah harus
ditumbuhkembangkan. Tetapi, jika sebaliknya, yaitu ketika ketidakpuasan
dalam hal-hal yang negatif, misalnya melanggar hukum, disiplin, berbuat
sekehendak dirinya sehingga melampaui batas dan lain sebagainya, maka
nafsu lawwamah harus diabaikan dan ditinggalkan. Nafsu ini tergantung
kita yang menentukan sepenuhnya, apakah ke arah kebaikan ataukah ke arah
kejahatan. wallahu’alam[]
Tajul Malik | Mahaiswa FIAI UII Yogyakarta 2009
Tidak ada komentar: